Download

Jumat, 06 November 2015

ASMA BINTI ABU BAKAR (Part 1)

ASMA BINTI ABU BAKAR (Part 1)
Pemilik dua ikat pinggang

Dia adalah ummu “abdillah dari suku quraisy at-tamimiyyah, putri dari seorang laki-laki yang pertama kali masuk islam setelah rasulullah saw, guru besar islam yaitu abu bakar as-shiddiq ra. Ibunya adalah qutailah binti ‘abdul ‘uzza al-‘amiriyyah. Asma’ adalah ibunda seorang shahabat dan pahlawan islam, Abdullah bin zubaiar, usianya lebih tua 10 tahun daripada adiknya, Ummul Mukminin ‘Aisyah Ra. Ia adalah seorang muhajirah yang terakhir wafat.
Asma’ adalah orang ke-18 yang memeluk islam. Dia telah berbai’at kepada nabi saw dan mengimaninya dengan keimanan yang teguh. Di antara bukti keteguhan imannya adalah ketika ibunya, qutailah yang telah diceraikan abu bakar pada masa jahiliyyah datang untuk menjenguknya, asma’ tidak mau mengizinkan ibunya untuk masuk dan tidak bersedia menerima hadiah darinya sebelum ia menanyakan hal tersebut terlebih dahulu kepada rasulullah. Dalam shahih bukhari dan shahih muslim disebutkan sebuah riwayat dari asma’ binti abu bakar ra, bahwa dia berkata: “ ibuku pernah mendatangiku pada masa rasulullah saw, sedang ibuku adalah seorang yang musrik. Aku pun pergi menanyakan hal itu kepada rasulullah saw. Sesampainya disananaku bertanya: ‘ibuku telah datang kepada ku dengan penuh antusias kepadaku. Apakah aku harus menyambung silahturahim dengannya?’ beliau menjawab: ‘ya, sambunglah silahturahim dengan ibumu!’”
Asma’ dijuluki dzaatun nithooqoin ( sang pemilik dua ikat pinggang), karena ia telah membelah ikat pinggangnya menjadi dua bagian untuk memudahkan membawa dan menyembunyikan makanan dan minuman yang akan diantarkannya kepada Rasulullah saw bersama abu bakar ke gua hira pada hari hijrahnya. Ketika rasulullah saw mengetahui apa yang dilakukan asma’ terhadap ikat pinggangnya, beliau memberinya gelar dzaatun nithooqoin.
Saar rasulullah saw bersama abu bakar hendak berangkat hijrah dari mekkah ke madinah, abu bakar membawa semua hartanya sejumlah kurang lebih 5000 atau 6000 dirham. Abu quhafah, kakek asma’, yang saat itu telah buta kedua matanya, datang kepada asma’, lalu berkata: “ sesungguhnya abu bakar telah menyusahkan kalian dengan kepergiannya dan tidak menyisakan hartanya untuk kalian.” Sebagai gadis suci dan pemberani, asma’ langsung menjawab: “ tidak, ia telah meninggalkan untuk kami harta yang banyak.” asma’ pun mengambil beberapa kerikil dan memasukkanya ke tempat penyimpanan uang, lalu ditutupinya dengan kain, kemudian dituntunnya tangan kakeknya pada kain tersebut seraya berkata: “inilah harta yang ditinggalkannya untuk kami.” Kakeknyaberkata: “baguslah jika dia meninggalkannya untuk kalian.” Tindakan tersebut dilakukan asma’ semata-mata untuk menenangkan dan menghilangkan kekhawati kakeknya yang sudah tua karena ditinggalkan abu bakar.
Asma pernah merasakan penyiksaan dari musuh Allah, abu jahal, yang datang kepadanya untuk merayu agar bersedia menunjukkan persembunyian ayahnya. Walaupun asma’ saat itu masih belia, ia sudah dapat memahami bahwa kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa membahayakan keselamatan rosulullah saw dan ayahnya, maka dia memilih tutup mulut. Kalimat yang keluar dari mulutnya tidak lebih dari jawaban: “ Aku tidak tahu.” Hal ini membuat Abu jahal marah, lalu menempelengnya dengan keras hingga anting-antingnya terlempar dari telinganya. Akhirnya, abu jahal meninggalkan dengan muka merah padam karena marah atas sikap keras kepala asma’.
Demikianlah tindakan para pengecut pada setiap zama. Ketika mereka tidak mampu melumpuhkan kaum laki-laki, mereka melampiaskan kekejiannya pada kaum wanita dan anak-anak.
Tidak lama berada di mekkah, asma’ pun berhijrah ke madinah menyusul kaum muslim yang sudah lebih dahulu berangkat. Di madinah asma’ melahirkan anaknya, ‘abdullah, yang merupakan anak pertama yang lahir dalam islam (setelah hijrahnya kaum muslim ke madinah).
Asma adalah sosok wanita teladan yang baik dalam hal kesabaran menghadapi kesulitan hidup, kekurangan pangan, taat pada suami, dan selalu berusaha mencari keridhaannya.

Dalam hadist shahih disebutkan bahwa asma’ binti abu bakar berkata: “aku dinikahi zubair, sedang ia tidak mempunyai apa-apa selain seekor kudanya. Akulah yang merawat kuda itu, memberinya makan, dan menumbuk kurma untuk dijadikan makanan baginya. Akulah yang biasa mengambil air dan membuat roti. Aku juga biasa mengangkut kurma diatas kepalaku dari kebun zubair yang diberi rasulullah saw, yang jaraknya 2/3 farsakh ( 1 farsakh kurang lebih 8 km). Pada suatu hari, saat aku sedang membawa kurma diatas kepala, aku bertemu rasullah saw bersama beberapa sahabat beliau. Beliau memanggilku dan bermaksud memboncengkanku dibelakang beliau. Akan tetapi, aku malu berjalan bersama laki-laki dan aku teringat dengan zubair yang pencemburu. Akhirnya, beliau pun berlalu. Setibanya di rumah kuceritakan semua kejadian itu kepada zubair, lalu zubair berkata: “demi Allah, sesungguhnya kepayahanmu mengangkut biji-biji kurma itu lebih kucemburui daripada engkau naik kendaraan bersama beliau.” Asma’ berkata: “ semua kepayahanku itu baru berakhir sesudah abu bakar mengirimkan seorang pelayan kepadaku hingga aku tidak lagi mengurusi kuda, sehingga seakan-akan beliau memerdekakanku.”