Download

Minggu, 14 Maret 2010

Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetisi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam rangka keberhasilan proses belajar mengajar. Sungguhpun begitu, ternyata keinginan agar tugas mengelola kelas bukan menjadi beban yang berat adalah suatu harapan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Apalagi bila kelas yang akan dikelola itu dengan jumlah siswa yang besar. Di dalamnya terkumpul berbagai karakteristik siswa yang bervariasi. Suatu kevariasian yang melahirkan perilaku yang bermacam-macam pula. Itu berarti bermacam-macam pula masalah yang akan ditimbulkannya.
Keanekaragaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah :
1.Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, dan pertentangan jenis kelamin.
2.Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
3.Reaksi negatif terhadap anggota kelompok misalnya ribut, kerusuhan, mengucilkan, merendahkan,kelompok bodoh dan sebagainya.
4.Kelas mentoleransi keliruan-keliruan temannya, yakni mereka menerima dan mendorong perilaku yang keliru.
5.Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
6.Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
7.Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi yang baru dan sebagainya.

Variasi perilaku menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Karena faktor-faktor penyebablah timbulnya variasi perilaku. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu :
a.Karena pengelompokkan (pandai, sedang, bodoh). Kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakkan atau apatis.
b.Dari karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, membuat tidak puas atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.
c.Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak mampu seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru.
d.Dalam latihan diharapkan semua siswa tenang dan bekerja sepanjangg jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang atau cemas.
e.Dari organisasi kurikulum tentang team teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari satu kelompok ke kelompok yang lain.

Doyle memandang variabel masalah pengelolaan kelas dari sudut lain. Pendapatnya terungkap dari lima kategori masalah, yaitu :
1)Berdimensi Banyak (Multidimensionality)
Di kelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yang meliputi tugas-tugas akademik (edukatif) serta tugas penunjangnya, yaitu tugas administratif.
2)Serentak (Simultneity)
Berbagai hal yang dapat terjadi pada waktu yang sama di kelas. Pekerjaan yang satu harus dikerjakan, tetapi pekerjaan yang lain tidak dapat ditunda. Keduanya harus dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan, dikerjakan serentak. Misalnya, salama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanay harus mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau siswa yang kurang aktif dan efektif melibatkan diri dalam diskusi, dan mencari strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
3)Segera (Immediacy)

Proses pengajaran yang terjadi di kelas dapat dikatakan cukup cepat. Selama satu hari belajar, siswa disajikan beberapa mata pelajaran dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan waktu yang dijadwalkan tersebut guru harus membaginya sedemikian rupa hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang dikuasai oleh siswa. Interaksi antara guru dengan siswa terjadi timbal balik begitu cepat, sehingga menuntut guru agar dapat segera bertindak melalui proses berpikir, memutuskan dan melaksanakan tindakan.
4)Iklim kelas yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu
Doyle mengatakan bahwa iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasil upaya guru. Banyak faktor telah mempengaruhi terjadinya iklim di kelas, dan beberpa diantaranya datang dengan tiba-tiba. Misalnya, ketika semua siswa sedang asyiknya menerima mata pelajaran dari guru, dengan tiba-tiba seekor cecak jatuh tepat di tubuh salah seorang siswi. Karena jatuhnya tepat dipunggungnya, maka secara refleks dia terkejut dan langsung berteriak. Akibatnya suasana kelas menjadi gaduh. Dari kasus tersebut, kelas yang tadinya tenang menjadi gaduh. Siswa pun tidak tenang menerima pelajaran dari guru.
5)Sejarah
Peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai dampak yang dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya. Peristiwa yang terjadi pada awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan terhadap kelas-kelas diperoleh gambaran, ada kelas-kelas yang begitu mudah dikelola, tetapi sebaliknya ada yang sangat sulit. Ternyata kelas yang mudah dikelola merupakan kelanjutan dari kelas awal yang ditangani dengan baik.
Masalah dalam pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi masalah yang bersumber dari siswa dan dari tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Masalah yang bersumber dari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Sebuah masalah individual dapat berkembang dan menampakkan diri sebagai masalah kelompok, atau sebaliknya masalah kelompok terselubung sehingga menampakkan diri sebagai masalah individual

Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual (masalah siswa) adalah sebagai berikut :
a)Tingkah Laku Untuk Menarik Perhatian Orang Lain.
Siswa yang mempunyai perasaan ingin diperhatikan, berusaha mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dikiranya dapat menarik perhatian orang lain. Apabila tidak mendapat perhatian orang lain (temannya), maka ia mencari cara lain yang lebih brutal.
b)Tingkah Laku Untuk Menguasai Orang Lain.
Tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa untuk menguasai orang lain ada yang bersifat aktif dan ada pula yang bersifat pasif. Perilaku yang bersifat aktif misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional (marah-marah, menangis). Sedangkan yang bersifat pasif umpamanya selalu lupa pada peraturan-peraturan kelas yang sudah disepakati sebelumnya.
c)Perilaku Untuk Menbalas Dendam.
Siswa yang berperilaku seperti ini biasanya siswa yang merasa lebih kuat, dan yang menjadi sasarannya adalah orang yang lebih lemah.perbuatan yang biasa dilakukan diantaranya mengatai, mengancam, mencubit, memukul, menendang, dan sebagainya.
d)Peragaan Ketidakmampuan
Siswa yang termasuk kedalam kategori ini biasanya sangat apatis (masa bodoh) terhadap pekerjaan apa pun, misalnya menolak mentah-mentah untuk melakukan suatu pekerjaan, karena ia yakin akan menemui kegagalan. Kalaupun mau mengerjakan, tetapi ia melakukan tidak dengan sepenuh hati. Bahkan ada kecenderungan berusaha menyontek hasil pekerjaan temannya.

Sedangkan bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut :
a)Kelas Kurang Kohesif (Akrab)
Hubungan antarsiswa kurang harmonis sehingga muncul beberapa kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang menyebabkan proses pengajaran mengalami hambatan. Bila suatu kelompok mempunyai kesempatan untuk tampil di depan kelas, kelompok lain yang menjadi saingannya berusaha untuk mengacaukan.
b)Kesebalan Terhadap Norma-Norma Yang Telah Disepakati Sebelumnya.
Tingkah laku yang secara sengaja dilakukan oleh siswa untuk melanggar norma-norma yang disepakati sebelumnya, apabila berhasil, maka siswa yang melakukannya merasa senang, tidak peduli orang lain merasa terganggu karena perbuatanya itu.
c)Kelas Mereaksi Negatif Terhadap Salah Seorang Anggota.
Kelas memperolok-olokkan temannya, sehingga kelas menjadi gaduh tidak karuan. Apabila orang yang diperolok-olokkan itu kuat mentalnya, hal tersebut tidak akan terlalu berakibat buruk. Akan tetapi, apabila yang diperolok-olokkannya itu siswa yang pemalu, maka hal terebut akan menjadi pukulan bagi dirinya, atau ia merasa kapok.
d)Menyokong Anggota Kelas Yang Justru Melanggar Norma Kelompok.
Kelas mendukung salah seorang anggota kelas yang membadut, seolah-olah dia dianggap pahlawan untuk mendobrak suatu norma atau tata aturan.
e)Semangat Kerja Rendah Atau Semacam Aksi Protes kepada guru karena dianggap tugas yang diberikannya kurang wajar. Apabila tugas yang diberikan kurang wajar, maka para siswa cenderung menunjukkan perilaku yang masa bodoh. Mereka tidak merasa takut lagi terhadap ancaman hukuman yang akan diberikan oleh guru. hal ini biasanya terjadi apabila guru memberikan tugas yang berat yang berada diluar kemampuannya, atau memberikan tugas dengan petunjuk yang tidak jelas.
f)Kelas Kurang Mampu Menyesuaikan Diri Dengan Situasi Yang Baru.
Jika siswa sudah terbiasa belajar dalam kondisi tertentu, maka apabila situasi tersebut dirubah, siswa sulit untuk menyesuaikan diri. Akibatnya motivasi dan kegairahan belajar berkurang, bahkan cenderung untuk menolak sama sekali. Misalnya perubahan jadwal pelajaran, perubahan guru, perubahan waktu dari pagi ke sore hari.

Strategi dan Prosedur Pengelolaan Kelas

Strategi dan prosedur pengelolaan kelas dapat dibagi dua jenis, yaitu pengelolaan kelas yang bersifat preventif dan pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.
1.Pengelolaan Kelas Yang Bersifat Preventif.
Strategi ini berbentuk tindakan guru yang mengatur siswa dan lingkungan belajar dengan menyiapkan format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Tindakan yang bersifat preventif ditujukan untuk mengurangi dan menghindari masalah yang mungkin timbul yang sifatnya menghambat atau merusak kegiatan belajar mengajar.
Dalam rangka pembinaan pengelolaan kelas dapat ditempuh berbagai usaha diantaranya :
a.Meningkatkan Kesadaran Diri Guru.
Telah dijelaskan bahwa pengelolaan kels akan sangat dipengaruhi oleh sikap dan pribadi guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru mungkin bersikap otoriter, permisif, atau demokratis secara berganti-ganti. Dengan menyadari hal ini guru akan mencoba memperbaiki diri sehingga dapat memahami kehendak dari siswa yang merupakan reaksi terhadap sikap dan pribadi yang ditampilkan oleh guru. Kesadaran akan sikap diri sendiri di dalam perilaku sebagai seorang guru dalam memahami tingkah laku siswa merupakan salah satu usaha pencegahan dalam pengelolaan kelas.
b.Meningkatkan Kesadaran Siswa.
Siswa adalah seorang induvidu dalam satu masyarakat kecil yang berbentuk kelas. Mereka perlu mengetahui segala hak dan kewajibannya sebagai anggota kelas tersebut. Setiap siswa harus menjelaskan atau melaksanakan setiap kewajibannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Misalnya mentaati peraturan sekolah, mengerjakan segala tugas yang diberikan, menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah. Sebaliknya siswa bisa pula menuntut haknya berupa kegiatan sekolah atau guru menyediakan fasilitas belajar yang baik. Pemenuhan kebutuhan akan hak-hak dan keinginan-keinginan siswa merupakan faktor penting dalam menghindarkan timbulnya masalah pengelolaan kelas.
c.Sikap Yang Tulus Dari Guru.
Sikap guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana sosio-emosional dalam kelas. peranan guru memiliki pengaruh yang besar terhadap terciptanya kondisi yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang bersikap wajar sesuai dengan peranannya sebagai pendidik akan menimbulkan rasa tentram bagi siswa. Sebaliknya guru yang bersikap over-acting, akan menimbulkan rasa antipati siswa. Siswa bukannya kagum, justru mencemoohkannya sehinga iklim belajar mengajar rusak.
d.Menemukan Dan Mengenal Alternatif Pengelolaan.
Seorang guru harus mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa. Guru harus mengidentifikasikan jenis tingkah laku siswa, seperti tingkah laku yang dibuat untuk menarik perhatian guru dan teman-temannya. Untuk dapat mengatasi penyimpangan seorang guru harus berusaha untuk mempergunakan pendekatan pengelolaan kelas yang dianggap tepat atau menggantinya dengan pendekatan lain yang lebih tepat. Dalam hal ini guru sangat dituntut kreatifitasnya dalam menemukan berbagai pendekatan pengelolaan kelas yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan untuk dapat mempelajari pengalaman orang lain, baik yang gagal maupun yang berhasil, Sehingga memiliki alternatif yang bervariasi dalam menghadapi berbagai masalah dalam mengelola kelas.
e.Membuat Kontrak Sosial.
Kontrak sosial adalah peraturan tata tertib beserta sangsinya yang mengatur kehidupan di kelas dan sekolah. Kontrak sosial ini merupakan kunci standar tingkah laku yang semestinya dilaksanakan dan memberikan gambaran tentang keadaan sekolah termasuk fasilitas untuk memenuhi kebutuhan siswa. Dalam situasi persekolahan seorang siswa yang masuk dalam suatu sekolah telah secara inklusif menyetujui dan menerima setiap peraturan sekolah.

2.Pengelolaan Kelas Yang Bersifat Kuratif
Maksud dari pengelolaan kelas yang bersifat kuratif ialah tindakan pengelolaan untuk memperbaiki hal-hal yang kurang baik atau tidak menunjang terhadap optimasi proses belajar mengajar. Tindakan yang tepat dan segera sangat diperlukan pada saat terjadi masalah yang menghambat atau menggangu iklim belajar. Guru pada saat itu dituntut untuk segera berbuat sesuatu untuk menghentikan perbuatan siswa secepat dan setepat mungkin.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektifitas kontrak sosial. Untuk melakukan kegiatan yang sifatnya kuratif, ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru diantaranya :
a.Lakukan Tindakan Dan Tidak Cukup Dengan Berbicara.
Bila seorang siswa melakukan tindakan yang dapat menggangu kelas, maka seorang guru harus mengambil tindakan untuk menghentikan secara tepat dan cepat. Membentak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat, akan membuat siswa malah menjadi bingung. Pesan-pesan nonverbal atau "body language" baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dan sebagainya dapat membantu guru dalam pengelolaan kelas.
b.Laksanakan Kontrol Terhadap Peraturan
Pendekatan dengan siswa sangat diperlukan karena kalau mereka merasa dekat dengan guru akan memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat "nakal" dan melanggar tata tertib sekolah. Bila ada siswa yang melanggar peraturan, nyatakan kembali peraturan apa yang dilanggar dan konsekuensinya. Kemudian lakukanlah tindakan dengan tegas dan berwibawa. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan siswa mendapat malu di depan teman-temannya. pernyatanperaturan dan konsekuensi dari pelanggaran harus didengar oleh teman-temannya.
c.Pembinaan Kontrak Sosial
Kontrak sosial yang telah ditetapkan oleh sekolah harus ditaati oleh setiap siswa walaupun sering kali tidak bisa diterapkan dengan lancar. Misalnya siswa melanggar sebagian besar peraturan sekolah tetapi dia tidak mau menerima sangsi atas perbuatannya.

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas bukanlah tugas yang ringan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerumitan dalam pengelolaan kelas diantaranya : faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokkan siswa, jumlah siswa di kelas dan sebagainya.
Dalam memperkecil terjadinya masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Oleh karena itu, sebagai guru kita harus mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan sebagai berikut :
1.Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4.Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5.Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidk, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6.Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Berbagai teknik dapat digunakan oleh guru untuk mengelola kelas, baik untuk menanggulangi maupun mencegah timbulnya tingkah laku siswa yang menggangu jalannya kegiatan belajar mengajar. teknik-teknik tersebut misalnya pujian, aturan, larangan, peringatan, hukuman dan sebagainya.
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara individual. Adanya hubungan yang harmonis antara guru dengan anak didik, dan tingginya kerjasama di antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam pengelolaan kelas. Pendekatan dalam pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai pertimbangan yang mendasar dan komprehensif yang melatarbelakangi penggunaan teknik-teknik tertentu dalam pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas dapat didekati dari berbagai bidang pengetahuan, tetapi pada umumnya didekati dari bidang pengetahuan psikologi, sosiologi, dinamika kelompok, dan manajemen. Pendekatan psikologis pun masih dapat dipilah-pilah lagi, misalnya psikologi Behavioristik, psikologi Humanistik, psikologi Sosial dan psikologi Komunikasi.

Berbagai pendekatan yang akan kami uraikan diantaranya :
1.Pendekatan Kekuasaan (Otoriter)
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Siswa harus duduk dengan tertib, tenang, dan terus menerus memperhatikan guru. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada "kekuasaan" dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekati. Dan dengan bertindak dengan kekuasaan siswa mudah diatur dan wibawa guru dapat ditegakkan sehingga kelas bisa dikelola dengan mudah.

2.Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

3.Pendekatan Pembebasan
Diartikan sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4.Pendekatan Resep
Dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanya mengikuti petunjuk seperti tertulis dalam resep.

5.Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6.Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)
Pengelolaan kelas diartikan sebagi suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan ini bertolak dari pandangan Psikologi Behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa :
1)Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses Belajar.
2)Ada dua proses psikologi yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yaitu penguatan positif (positive reinforcement), penguatan negatif (negative reinforcement).
untuk membina tingkah laku yang dikehendaki, guru harus memberikan penguatan positif berupa ganjaran, atau mengurangi penguatan negatif yaitu menghilangkan hukuman. Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru dapat menggunakan penguatan negatif berupa hukuman/sangsi.

7.Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Pendekatan ini cenderung pada pandangan Psikologis Klinis dan Konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Artinya ada hubungan yang baik (positif) antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak didik. Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukkan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:
1)Proses belajar efektif memerlukan suatu iklim sosio-emosional yang baik, dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
2)Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru harus didorong menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu terbuka pada kritik dengan sikap tulus dihadapan siswa. Di samping itu guru harus memiliki kemampuan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga mampu dan bersedia mendengarkan pendapat, saran, gagasan dan lain-lain dari siswa.

8.Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)
Diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok dengan asumsi yaitu :
a.Pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b.Tugas utama guru adalah menciptakan dan memelihara iklim belajar untuk membina kelompok yang produktif dan efektif.
Menurut Schmuck unsur-unsur penciptaan iklim belajar dalam rangka pendekatan proses kelompok adalah dengan adanya :
1)Timbal balik antara tingkah laku guru-siswa dan siswa-siswa.
2)Kepemimpinan yang mengarah pada kegiatan kelompok ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3)Pola persahabatan antara anggota kelompok.
4)Norma kelompok yang produktif.
5)Kekompakkan anggota terhadap kelompok secara keseluruhan.
9.Pendekatan Electis atau Pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapi. Pendekatan elactis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efesien.

Kamis, 04 Maret 2010

KETERAMPILAN BERPIKIR ANAK

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Akan tetapi pikiran manusia walaupun tidak bias dipisahkan dari aktivitas kerja otak lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan peraaan dan kehendak manusia . Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek terentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempuyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.
Pendapat umum menyatakan bahwa keterampilan berpikir yang efektif merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting oleh sekolah pada setiap jenjangnya, meskipun keterampilan berpikir seperti ini jarang diajarkan oleh guru di kelas. Mengajarkan keterampilan berpikir secara eksplisit dan memadukannya dengan materi pembelajaran (kurikulum) dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif. Artikel ini mencoba menjabarkan definisi keterampilan berpikir, menjelaskan bagaimana seharusnya keterampilan berpikir tersebut diajarkan di sekolah, dan menunjukkan bagaimana keterampilan berpikir tersebut diterapkan pada pembelajaran di sekolah.
Seperti dikemukakan oleh Charles S. Pierce, dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan atas kepercayaan atau keyakinan yang selama inui dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan, kemudiana diakhiri dalam pencapaian suatu keyakinan baru.
Dalam upaya untuk mengenal benar-benar objek semacam itu, seseoang harus dengan rajin memperhatikan semua seginya, menganalisis objek tersebut dari berbagai pendirian yang berbeda. Kesemuanya ini adalah berpikir.
Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan makalah merupakan hal nyata dan penting. Perbedaan dari mungkin sebagian disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang.
Ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah :
1. Berpikir adalah aktifitas
2. Aktifitas bersifat idiasional

Pieget menciptakan teori bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap, kira-kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun, ia menunjukan bahwa anak-anak tidak seperti bejana yang menunggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan. Mereka secara aktif membangun pemahamannya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia. Pada beberapa periode yang berbeda dari perkembangan mereka, anak- anak mampu melakukan berbagai jenis interaksi yang berbeda, dan sampai pada berbaai pemahaman yang berbeda. Periode sebelum sekitar usia dua tahun disebut periode sensori-motor, usia dua sampai tujuh tahun periode pra-operasional
Ide mengenai perkembangan ini memberikan suatu cara pemikiran tentang adanya gaya-gaya berpikir pada manusia. Misalnya mungkin jenis pekerjaan atau pendidikan tertentu memberikan dorongan kea rah berpikir yang lebih teliti dan lebih mahir dalam segi pengkhayalan. Sedangkan yang lain dalam segi wujud dan yang lainnya lagi dalam segi symbol. Seorang ahli matematika atau seorang angkuntan tidak akan bias bekerja terlalu jauh, kecuali apabila ia dapat mempergunakan symbol-simbol abstrak dengan baik. Namun seorang pelukis atau juru potret aau musikus-musikus tertentu mungkin mengembangkan derajat keahlian yang lebih tinggi dalam gaya berpikir secara wujud. Dan seorang ballerina atau seorang ahli mesin yang baik mungkin mengembangkan “pembendaharaan kata” tentang penghayatan, mengembangkan kemampuan untuk erasakan perbedaan-perbedaan yang sangat kecil, yang kebanyakan orang mungkin sama sekali tidak memilikinya. Namun tampak ada dimensi lain yang sangat tersendiri dalam persoalan tersebut. Tak hanya sebagian orang yang lebih mahir ketimbang orang lain dalam mempergunakan wujud atau perasaan-perasaan perabaan, tetapi ada juga sebagia orang yang berpikir jauh lebih analitik ketimbag orang-orang lain.
Berpkir itu, seperti kata ahli piker tampaknya mudah saja sejak kecil semua orang biasa melakukan. Namun apabila diselidiki lebih lanjut dan terutama bila dipraktikan, ternyata banyak mengandung kesulitan.

Selasa, 02 Maret 2010

PENGELOLAAN KELAS

A.Pengertian
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal saat terjadinya proses belajar mengajar, yang meliputi pengaturan siswa dan lingkungan belajar (fasilitas). Kondisi optimal yang harus diciptakan dan dipertahankan itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan terjadi secara efektif dan efesien. Dalam kegiatan pengelolaan kelas, ketika kelas terganggu, guru harus dapat menciptakan dan berusaha mengembangkan-nya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpin, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian kelas diantaranya menurut :

1.Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
2.Suharsimi Arikunto yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. kemudian dipertegas bahwa kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pengajaran secara tradisional.
3.Hadari Nawawi, memandang pengertian kelas dari dua sudut, yaitu :
a.Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian pengelolaan kelas diantaranya :
1)Di tinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas.
2)Di tinjau dari paham baru yaitu diantaranya menurut :

a)Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V. Jonshon dan Mary A. Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
b)Sudirman N. dkk, bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
c)Hadari Nawawi mengatakan bahwa pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah hingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
d)Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar.

B.Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat berarti segala tindakan guru, berupa kepemimpinan, penugasan dan ketatalaksanaan dalam praktek penyelenggaraan kelas. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan di dalam mengelola kelas, kalau aspek-aspek ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan sistem pengelolaan kelas tersebut tidak akan tercapai tujuannya, sehingga proses pendidikan di kelas itu tidak akan berhasil. Atau tidak berjalan sama sekali, bahkan mungkin pula terjadi suatu sistem intruksional yang tidak dikehendaki.

Berdasarkan beberapa studi tentang masalah pengelolaan untuk kepentingan teori dan praktek kependidikan, maka beberapa aspek pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan:
1.Perencanaan Instruksional.
2.Pengorganisasian Belajar.
3.Pembinaan Siswa.
4.Supervisi.
5.Evaluasi.

Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.

Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mrengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.

Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.

C.Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah untuk menyediakan fasilitas belajar bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Menurutnya , sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1.Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang berhenti karena tidak tahu ada tugas yang dilakukan atau tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
2.Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan tujuan umum tersebut kami perinci lebih lanjut dalam bentuk yang sifatnya lebih khusus, maka tujuan pengelolaan kelas diantaranya :
a.Menyediakan kondisi yang memungkinkan para siswa bekerja dan belajar.
b.Menciptakan suasana sosial tempat setiap individu dapat memperoleh kepuasan di dalam kehidupan kelompok (kelas).
c.Memelihara kondisi-kondisi yang menjamin adanya kelakuan yang baik dikalangan siswa.
d.Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan alat-alat belajar.
e.Membantu pertumbuhan dan perkembangan setiap siswa secara optimal dalam segi intelektual sesuai dengan potensi yang dimiliki.
f.Membantu setiap siswa untuk mencapai kematangan emosional.
g.Membina moral setiap siswa.
h.Membantu setiap siswa dalam mencapai hasil yang diharapkan secara maksimal seperti minat, motivasi dan sikap.